Konstipasi merupakan kondisi saat frekuensi buang air besar (BAB) atau defekasi kurang dari 3x seminggu, normalnya 2-3x sehari. Konstipasi berupa keluhan tinja yang keras, mengejan pada saat defekasi, atau perasaan kurang puas setelah defekasi. Hal ini disebabkan oleh akumulasi atau kompaksi isi usus menyebabkan isi usus mengeras sehinga mengakibatkan kesulitan defekasi.
Penyebab : dehidrasi, kurang berolahraga, kebiasaan menunda defekasi, obat-obatan, sering terjadi pada lansia.
Terapi non-farmakologi :
- Konsumsi makanan yang tinggi serat seperti buah-buahan, sayuran, dan sereal.
- Olahraga teratur dan aktif fisik.
- Minum air putih minimal 8-12 gelas per hari.
- Biasakan defekasi sesudah bangun tidur.
- Konsumsi makanan yang memiliki efek laksatif (yogurt, prune, dll).
- Hindari makanan yang terlalu berlemak.
- Latihan otot rektum.
- Hindari minum susu sapi dalam jumlah banyak.
Terapi farmakologi :
1. Pembentuk massa.
Meningkatkan volume isi usus sehingga dapat menstimulasi gerak peristaltik. Contoh obat : Isphagula, selulosa, dll. Sediaan ini mengembang bila kena air.
2. Laksatif osmotik
Meningkatkan massa di usus dengan cara menahan air melalui osmosis. Contoh obat : laktulosa, sorbitol, dll. Dapat melunakkan feses 1-3 hari. Sebaiknya dikonsumsi dengan minimal 1 gelas air minum dan tidak boleh digunakan sebelum tidur. Penggunaan laktulosa sebagai senyawa alternatif untuk konstipasi akut dan bermanfaat pada pasien usia lanjut. Namun efek sampingnya dapat menghasilkan pembentukan gas dalam jumlah berlebihan. Laktulosa merupakan terapi pilihan konstipasi untuk ibu hamil dan anak-anak.
3. Stimulant
Meningkatkan motilitas dengan kerja di mukosa atau saraf plexus sehingga memicu kontraksi usus. Contoh : bisakodil, glyserol, senna, fenolftalein, docusate, antrakinon (sennoside, casatrol, dll).Efek muncul setelah 6-12 jam obat diberikan. Baik digunakan pada malam hari sebelum tidur untuk menghasilkan efek defekasi pada pagi hari. Jika menginginkan efek yang lebih cepat, gunakan suppositoria (lewat anus). Obat tidak boleh diberikan selama lebih dari 1 minggu karena dapat menyebabkan kram perut, diare, kehilangan cairan dan elektrolit. Efek samping fenolftalein dapat menimbulkan urine bewarna merah jambu. Hindari untuk wanita hamil, anak, penggunaan bersamaan dengan antasida dan susu.
4. Pelunas feses
Melunakkan feses dengan mekanisme lubrikan dan emolien. Emolien bekerja dengan cara meningkatkan sekresi air dan elektrolit di usus kecil dan usus besar. Bekerja dengan cara menghambat absorpsi air dalam kolon sehinga meningkatkan berat feses, contoh obat : minyak mineral. Menghasilkan feses yang lunak dalam 1-3 hari sehingga banyak digunakan untuk mencegah konstipasi.
SUMBER : ISO Farmakoterapi, MIMS 2013/2014, dan ISO 2010/2011.