twitter


Suatu kondisi dimana frekuensi buang air besar lebih dari 3x sehari dengan konsistensi tinja yang lembek sampai cair.
Diare akut jika < 3 hari
Diare kronis jika > 2 minggu

Penyebab diare : Stres, makanan yang tidak bersih, kosekuensi penyakit, obat-obat tertentu, perjalanan, dll.

Mekanisme penyebab diare :
1. Diare sekretori : meningkatkan sekresi atau menurunkan absropsi air dan elektrolit dalam jum. besar.
2. Diare osmotik : subtansi yang sulit diabsorbsi dapat menahan cairan intestinal.
3. Diare eksudat : oleh penyakit infeksi saluran pencernaan yang mengeluarkan mukus, protein atau darah ke usus besar.
4. Motilitas usus : mempercepat gerakan usus halus dan pengosongan usus besar serta pertumbuhan bakteri yang berlebih.

Terapi non-farmakologi :
Hindari penyebaran penyakit ini. Cucilah tangan setelah buang air besar, sebelum makan atau selama menyiapkan makanan.
Berikan makanan yang rendah serat, cukup energi, protein, vitamin dan mineral.
Tetap mengkonsumsi makanan lunak dan bergizi.
Untuk anak-anak berikan cairan elektrolit dan cairan rehidrasi.
Suhu makanan dan minuman yang diberikan sebaiknya dalam keadaan hangat, tidak panas atau terlalu dingin.
ASI mengandung banyak substansi yang memelihara pencernaan dan melawan bakteri. Adanya bukti yang kuat menunjukkan bahwa ASI memberikan manfaat yang besar bagi anak - anak dengan diare akut.
Pisang, nasi, jus apel, dan roti panggang direkomendasikan selama bertahun-tahun. Bagaimanapun, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa diet ini bermanfaat, dan sedikit kandungan protein di dalamnya mungkin dikontraindikasikan. Karena itu, diet tersebut tidak direkomendasikan.
Hindari soda atau minuman lain dengan kadar glukosa tinggi karena gula akan menyerap cairan ke dalam usus sehingga memperburuk keadaan.
Anak-anak mungkin mengalami intoleransi laktosa (tidak mampu mencerna gula susu) selama beberapa waktu setelah diare. Dalam hal ini, kenalkan kembali dengan susu secara bertahap.

Terapi farmakologi :
Penggunaan antibiotik hanya untuk pemeriksaan lab yang menunjukkan adanya bakteri biasanya ditandai dengan feses yang berlendir dan berdarah.

1. Oralit
Pengganti cairan tubuh, terutama pada anak balita apalagi dalam keadaan dehidrasi. Komposisi oralit adalah glukosa anhidrat, NaCl, Na-sitrat dihidrat, KCl. Penggunaan dengan melarutkan oralit dalam 1 gelas (200 mL) air hangat.

2. Antimotilitas
Merupakan anti peristaltik yang menurunkan gerakan motilitas pada saluran pencernaan. Contoh obat : Loperamid, Difenoksilat, Paregorik, Tingtur Opium dan Difenoksin. Loperamid sering direkmendasikan untuk diare akut non spesifik maupun kronik. Hindari penggunaan pada anak, wanita hamil dan laktasi. Efek samping dapat menimbulkan kram abdomen.

3. Antisekretori
Menyerap zat-zat toksin yang menyebabkan sekresi elektrolit. Contoh obat : Bismut subsalisilat, Lactobasilus,dan enzim Laktase. a)Bismut subsalisilat sering digunakan untuk pengobatan atau pencegahan diare, sebagai alternatif penggunaan antibiotik. Perhatian pada pengguna yang alergi golongan salisilat, bayi dan manula. Efek samping dapat menyebabkan lidah dan tinja menjadi hitam sementara. b)Lactobasilus sebagai mikroflora yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen di usus.

4. Absorben
Mengabsorbsi toksin maupun nutrisi, obat dan getah pencernaan.  Pemberian bersama obat lain akan mengurangi absorbsinya. Digunakan untuk meringankan gejala pada diare non-spesifik, tidak direkomendasikan untuk diare akut.  Jangan gunakan lebih dari 2 hari, demam tinggi, dan anak dibawah 6 tahun. Contoh obat : Kaolin Pectin, Attapulgit dan Karboadsorben. Setiap setelah BAB.



SUMBER : ISO Farmakoterapi, ISO 2010/2011, MIMS 2013/2014, dan Kuliah Farmakoterapi.

0 comments:

Post a Comment