twitter


Sepenggal cerita suasana selama KKN.. Dinginnya udara memaksa tubuh untuk terus berlindung didalam selimut, ditambah lagi dengan air yang sedingin lelehan es. Inilah tempat KKN kami, Desa Serang, Purbalingga, berada di bawah kaki Gunung Slamet. Bagi kami orang yang hidup di perkotaan, adalah hal yang luar biasa untuk bisa merasakan dinginnya udara dan air disini. Mengingat di kota Jogja khususnya, penghijauan didalam kota yang mulai berkurang akibat pembangunan gedung yang terus dilakukan. Panasnya terik matahari langsung mengenai siapa saja yang beraktivitas di luar ruangan, ditambah lagi dengan hiruk pikuk kepadatan kendaraan yang tidak berhenti lalu lalang di jalanan.

Ketika bangun tidur, mata tertuju pada jendela kamar yang terbasahi oleh embun. Anak-anak berangkat sekolah, berjalan kaki menyusuri jalan aspal berliku, juga ada tanjakan dan turunan layaknya pegunungan. Petani pun sudah berada diladang, berkerja keras menghasilkan sayur-mayur dan buah-buahan terbaik untuk asupan gizi masyarakat Indonesia, sesuai dengan slogan yang berbunyi “ No farmer, No food”.

Pemandangan Gunung Slamet selalu menyertai keberadaanmu selama di Desa Serang. Akan terlihat jelas terutama di pagi hari, namun bila sudah menjelang sore, Gunung Slamet akan semakin tidak terlihat karena tertutupi oleh kabut. Sungguh indahnya kehidupan manusia yang berdampingan dengan kehidupan alam. Tidak saling meniadakan melainkan saling membutuhkan satu sama lain. 

Pagi pun berganti siang, matahari memberikan kehangatan kepada siapa saja yang berada dibawahnya. Pantulan warna merah stoberi membuat siapa saja yang melihat akan tertarik untuk mencicipinya. Beberapa kebun stoberi dijadikan sebagai tempat wisata, pengunjung dapat memetik langsung stoberi sesukanya, cukup membayar biaya masuk saja. Pengunjung tidak perlu khawatir, stoberi yang dipetik dapat langsung dimakan tanpa harus dicuci dulu karena bebas dari pestisida kimia. Selain stoberi, banyak pula tanaman sayur-mayur seperti wortel, daun bawang, sawi, kentang, tomat, dll. Juga adapula beberapa kebun teh meski tak sebanyak kebun stoberi.

Waktu terus berputar, kabut mulai turun menyelimuti Desa Serang. Bila malam tiba, kabut tebal siap menutupi jarak pandang dihadapannya. Lampu jalan tidak cukup membantu untuk menembus kabut yang tebal, ditambah lagi dengan medan yang cukup sulit. Perlu kehati-hatian yang ekstra untuk melintasi jalanan di Desa Serang pada malam hari.

Air yang sedingin lelehan es turut menambah ekstrimnya hidup di Desa Serang. Untuk mandi saja harus berpikir ulang, bahkan membutuhkan strategi. Jika sudah tidak kuat maka air panas lah yang menjadi pilihan.Tapi lama-kelamaan kulit sudah cukup kebal untuk menerima dinginnya air es yang membasahi seluruh tubuh.

Dinginnya udara di malam hari merayu mata untuk terlelap lebih dini. Nyenyaknya tidur tidak terganggu oleh semilir angin malam yang menusuk sampai ke tulang. Rasa ingin buang air rutin menjadi selingan ketika akan tidur bahkan selagi tidur.

Hidup ditempat yang kondisinya sangat berbeda dengan tempat tinggal kita tidaklah mudah. Perlu adaptasi untuk dapat terbiasa dengan kondisi yang ada di Desa Serang. Semangat mengabdi yang terpatri di dasar hati kami tidak mudah surut oleh kondisi apapun, kami percaya bahwa niat berbuat baik pasti akan dimudahkan jalannya. Semangat KKN PPM UGM!

1 comments:

  1. http://ogiyak.blogspot.co.id/2015/08/orang-orang-atas.html

    baca ini juga ya. mirip hehe

Post a Comment