twitter


Assalamualaikum wr.wb. seluruh umat muslim di dunia!
Tinggal menghitung hari, kita sudah memasuki bulan Ramadhan 1434 H.
Tidak terasa kan? Iya. Sepertinya Ramadhan tahun lalu baru saja kemaren.


sumber : Komik Muslimah

Namun, di samping kegembiraan menyambut bulan suci yang penuh berkah ini, umat muslim di Indonesia akan selalu dilanda oleh kegelisahan dan kegalauan dalam menentukan hari yang pasti untuk mengawali puasa Ramadhan.
Latar belakang perbedaan ini adalah karena banyaknya golongan atau organisasi atau aliran agama Islam yang tersebar di segala penjuru tanah air. Dari situlah beranjak sebuah pemahaman yang berbeda-beda pula termasuk cara menyikapi perhitungan bulan hijriah untuk memunculkan tanggal tepatnya 1 Ramadhan itu.

Perbedaan penetapan yang selalu menjadi sorotan publik adalah antara pemerintah dan organisasi Muhammadyah (kenapa saya sebut organisasi, karena dulu SMA pelajaran agama kemuhammadyahan bilang kalo muhammadyah itu adalah sebuah organisasi bukan suatu aliran agama).

Kenapa bisa demikian?
Hal ini karena tahun dalam kalender Saudi Arabia bukan tahun masehi (seperti di kalender kita), akan tetapi tahun hijriah.

Mari bahas lebih lanjut anatara tahun masehi VS tahun hijriah

Tahun Masehi berdasarkan pada perputaran bumi mengelilingi matahari atau revolusi bumi, memerlukan waktu 365 / 366 hari atau 1 tahun.



Tahun Hijriah berdasarkan pada perputaran bulan mengelilingi bumi atau revolusi bulan, memerlukan waktu 29 / 30 hari atau 1 bulan. Karena 1 tahun ada 12 bulan, maka dalam 1 tahun sebanyak 354 / 355 hari.


Perbedaan yang cukup sig ini sangat mempengaruhi lebih lambat atau cepatnya pergantian tahun di antara kedua belah pihak tahun tersebut. Tapi bukan itu yang sedang kita bahas.

Penentuan datangnya setiap pergantian bulan di tahun hijriah ini berdasarkan penglihatan bulan beneran di langit. Ini khusus negara yang menggunakan kalender Tahun Masehi, karena bagi mereka yang menggunakan kalender Hijriah tidak perlu lagi melakukan hal itu karena sudah mengalir dalam kesehariannya akan pergantian hari, sama halnya seperti kita yang menentukan bulan Agustus itu kapan (kan gak perlu repot-repot lagi nerawang bulan).

Jadi, penentuan bulan Ramadhan yang merupakan bulan ke-9 di kalender Hijriah ini, dapat dilakukan 2 cara, yaitu :
Pertama, Wujud Hilal pergantian bulan di lihat saat hilal tampak saja.
Kedua, Imkanu Rukyat pergantian bulan di lihat saat hilal tampak minimal sebesar 2 derajat.

Nah, cara pertama dijadikan dasar Muhammadyah untuk menentukan awal bulan Ramadhan, sedangkan cara kedua digunakan pemerintah.
Menurut Astronom, untuk Ramadhan tahun ini hilal masih tampak samar-samar, belum nampak jelas. Seperti yang dikatakan pemerintah hilal masih 0,65 derajat. Sehingga Ramadhan belum dapat dipastikan, namun dimungkinkan tanggal 10 Juli hilal sudah 2 derajat.
Namun, menurut Muhammadyah hilal yang sudah muncul dapat cukuplah menjadi penanda awal bulan Ramadhan yaitu bertepatan tanggal 9 Juli.


Ya, pada akhirnya semua keputusan kembali pada keyakinan dan kepercayaan masing-masing. Meskipun saya masih punya harapan suatu tahun nanti umat muslim di Indonesia serempak melaksanakan puasa di hari yang sama, pasti akan terlihat baik bukan?
Selain itu dapat memperlihatkan pula bahwa semua organisasi Islam di Indonesia itu kompak dan tidak terkesan memisahkan diri dari pemerintah.



Akhir kata,
Selamat menyambut Bulan Suci Ramadhan.
Semoga Bulan ini kita selalu dilimpahi berkah dari-Nya.

Amin.
Wassalamualaikum.








5 comments:

  1. Pinter banget sih haha

    yg penting harus saling menghargai pilihan orang, biar perbedaannya jadi berkah :)

  1. Bener banget, semua organisasi islamnya semuanya kompak. Gaenak pada misah gini, lebarannya kurang rame -.-

  1. walau berbeda beda yang penting sama aja lebarannya dan puasa hehe..

  1. Walau kita berbeda beda, setidaknya kita tetep satu tab follower raditya dika kok :v

  1. haha
    Tetep aja kalo bisa sama se-Indonesia kan bakalan terasa bgt ikatan ukhuwah Islam yang erat:)
    *gue ngomong apa ya?

Post a Comment